Sekedar info saja, tempat RT kami tinggal dulu masih sepi seperti daerah-daerah dipinggiran kota pada umumnya, baru setelah tahun 2000, perkembangannya dari daerah sepi menjadi daerah ramai, sampai sekarang pun masih berproses menjadi ramai, dimana sawah-sawah sudah banyak yang dijual lalu didirikan bangunan rumah…hu..hu..sedih juga.
Oke kembali ke cerita, karena masih sepi jadi masih banyak kebun kosong atau lahan kosong yang tidak berpenghuni, di mana banyak ditumbuhi pohon-pohon besar, baik pohon berbuah dan tidak berbuah, dan juga masih banyak rumpun bambu yang tumbuh menjulang tinggi (kalau sekarang kayaknya tinggal sedikit). Listrik sudah ada, tapi lampu penerangan jalan tidak seterang sekarang, waktu itu hanya mengandalkan kebaikan pemilik rumah yang di pasang di depan halaman rumah dekat pagar berbatasan dengan jalan, ada yang pakai neon 10 watt dan lampu bolam 15 watt, tapi yang pasti hanya cukup untuk menerangi jalan di depan rumah tersebut. Juga jarak antara rumah yang satu dengan yang lain tidak serapat sekarang, kalaupun ada rumah, depan dan samping kiri dan kanan belum tentu ada rumah lagi..jadi masih banyak tanah yang kosong yang dipenuhi pohon-pohon yang rimbun dan rumpun bambu.
Rute jalan untuk ronda juga macam-macam, ada yang sudah beraspal dan jalan tanah (penulis masih ingat jalan depan rumah masih jalan tanah waktu itu, kalau sekarang sudah jalan konblok ). Dan waktu itu untuk keliling kampong dilakukan sampai dua kali, dan waktu mulai rondanya sekitar jam 10 an malam – sampai jam 3 an (bahkan lebih tergantung kesepakatan tim ronda waktu itu). Saat itu juga ada semacam jimpitan, tapi jimpitannya berupa beras secukupnya.
Nah saat itu tim ronda berkeliling kampong pertama kalinya mulai jam 10 an malam, sambil ambil beras dari setiap rumah. Setelah selesai kembali ke pos ronda lagi, sambil mengumpulkan beras-beras itu menjadi satu, karena terkadang biar agak cepat ambilnya, dibagi 2 kelompok, karena ada juga rumah yang agak masuk ke dalam gang jadi biar lebih cepat dan semuanya beras bisa diambil, tak lupa senter harus ada, karena memang cukup gelap saat itu.
Yang kedua kalinya sekitar jam 1 an, saat itu mereka agak santai, karena tidak dibebani lagi ambil beras jimpitan. Sambil bercakap-cakap sambil memantau keamanan jalan dan rumah-rumah warga, tak terasa mereka sudah hampir sampai di dekat rumah Pak Ashury. Kondisi sekitar rumah beliau waktu itu sudah dikatakan cukup banyak rumah-rumah pendatang yang baru, ada 2 rumah sebelum Rumah pak Ashury, tapi masih belum secara tetap ditempati, jadi tidak selalu ada penghuninya. Waktu itu di halaman rumah dan di depan serta disamping rumah ada beberapa rumpun bambu yang tumbuh, jadi menambah suramnya malam itu, penerangan lampu hanya neon 10 watt.
Tiba-tiba, dari kejauhan mereka melihat ada 1 bambu yang mentiung atau seperti rebah dekat tembok samping rumah Pak Ashury. Pak Damar berserta yang lainnya melihat, lalu semua terdiam, awalnya mereka curiga, kalau ada orang yang berniat untuk mencuri di tempat Pak Ashury. Gerakan satu batang bambu itu berulang-ulang mereka lihat, seperti rebah lalu berdiri lagi, sampai tiga kali.
Lalu dengan pelan-pelan berjalan, berhenti sebentar, mengamati gerakan satu bambu tersebut mereka mendekati kearah rumpun bambu yang dekat rumah Pak Ashury tersebut, sengaja senter dimatikan dan meyiapkan tongkat kayu atau apa pun yang bisa mereka ambil disekitarnya untuk senjata atau alat pertahanan diri, kalau ada maling, kemudian berjalan pelan, berhenti, berjalan pelan sampai akhirnya sampailah mereka di Rumpun bambu itu. Posisi saat itu satu batang pohon bambu itu rebah, tapi anehnya tidak patah. Lalu mereka mencek sekeliling rumah Pak Ashury, tetapi sampai sekitar 5 menit mereka mencari-cari, hasilnya tidak ada sesuatupun yang mencurigakan. Aneh pikir mereka, karena batang bambu tersebut bergerak-gerak seperti rebah, berdiri lagi sampai tiga kali, seperti ada yang menarik batangnya atau menaikinya.
Akhirnya, setelah tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selanjutnya mereka akan meneruskan keliling lagi. Belum ada beberapa langkah dari rumpun bambu itu, tiba-tiba
“Kriettttttt…brrrrrrrrrshhhhhb
Satu batang bambu yang tadinya dalam kondisi rebah berdiri secara pelan-pelan dan sekumpulan batang dari rumpun bambu itu bergetar keras seperti ada yang mengoncangkan.
Keenam orang itu yang menyaksikan kejadian aneh itu, terpana….. dan tanpa dikomando, larilah mereka terbirit-birit, kaget dan ketakutan menjadi satu….dan tak terasa mereka sudah berlarian kencang hampir 500 meter jauhnya dan kecapekanlah dan kehabisan napas. Sambil ngos-ngosan mereka berisitrahat, bahkan merebahkan tubuhnya di jalan dan akhirnya setelah sudah tenang. Kembalilah mereka ke pos Ronda, di sana mereka pun ramai membicarakan kejadian yang baru mereka alami. Sedang apes mereka karena dikerjain penunggu rumpun bambu.
Demikianlah ceritaku, terima kasih , dan semoga terhibur.
0 komentar:
Posting Komentar